💐📝KHOTBAH JUMAT : TADABBUR QURAN SURAH QAAF AYAT 17-19
🗓️12 JUMADIL AWWAL 1443 H/ 17 DESEMBER 2021 M
🎙️MASJID AL-FAUZAN MA’HAD AL I’TISHOM SUMBERLELE KRAKSAAN PROBOLINGGO
✅Khotbah Pertama:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا محمد وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Saudaraku kaum muslimin, rahimakumullah...
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam sering membacakan surah Qaaf dalam khotbah Jumat. Sampai Ummu Hisyam bintu Haritsah bin anNu’man radhiyallahu anha hafal surah Qaaf karena demikian seringnya Nabi shollallahu alaihi wasallam membaca surah tersebut dalam khotbah Jumat. Sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Muslim.
Pada khotbah kita kali ini, kita akan melanjutkan tadabbur makna ayat-ayat dalam surah Qaaf, dimulai dari ayat ke-17. Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan taufiq dan pertolongan kepada kita. Allah Azza Wa Jalla berfirman:
إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ
Ketika 2 Malaikat di sebelah kanan dan sebelah kiri selalu sigap mencatat (perbuatannya)(Q.S Qaaf ayat 17)
Malaikat di sebelah kanan manusia mencatat amal kebaikan, sedangkan Malaikat di sebelah kiri mencatat perbuatan buruknya.
Tidaklah ada satu ucapan, melainkan dicatat oleh 2 Malaikat yang selalu menyertai tersebut.
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
Tidaklah terlafadzkan suatu ucapan, kecuali di sisinya terdapat Malaikat yang selalu mengawasi dan selalu bersiaga (Q.S Qaaf ayat 18).
Dalam hadits Bilal bin al-Harits radhiyallahu anhu disebutkan bahwa Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ يَكْتُبُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ بِهَا رِضْوَانَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ يَكْتُبُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهَا عَلَيْهِ سَخَطَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
Sesungguhnya seseorang mengucapkan suatu kalimat yang mengundang keridhaan Allah Azza Wa Jalla, padahal ia tidak menyangka akan sampai sedemikian rupa, namun ternyata Allah Azza Wa Jalla mencatatnya sebagai keridhaan-Nya hingga hari kiamat. Dan sesungguhnya seorang laki-laki benar-benar mengucapkan suatu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, padahal ia tidak menyangka akan sampai sedemikian rupa, namun ternyata Allah Azza Wa Jalla mencatat kemurkaan untuknya hingga hari kiamat (H.R Ahmad)
Hadits ini menunjukkan bahwa satu perkataan bisa jadi akan mendatangkan keridhaan Allah hingga hari kiamat. Namun, bisa pula satu perkataan akan mendatangkan kemurkaan Allah hingga hari kiamat. Wal iyaadzu billah. Karena itu, jagalah ucapan.
‘Alqomah, seorang tabi’i yang mendengar hadits ini menyatakan:
كَمْ مِنْ كَلَامٍ قَدْ مَنَعَنِيهِ حَدِيثُ بِلَالِ بْنِ الْحَارِثِ
Betapa seringnya aku hendak mengucapkan suatu ucapan, namun aku mengurungkannya karena mengingat hadits Bilal bin al-Harits ini (Musnad Ahmad)
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa memberikan taufiq kepada kita agar bisa menjaga lisan sehingga menghasilkan ucapan-ucapan yang mendatangkan keridhaan-Nya.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ اْلمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
✅Khotbah Kedua:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا محمد وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Saudaraku kaum muslimin, rahimakumullah...
Pada ayat berikutnya, Allah Azza Wa Jalla memperingatkan akan sakaratul maut. Sakaratul maut adalah kedahsyatan saat proses terjadinya kematian. Hal-hal yang berat dirasakan saat menjelang kematian.
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ
Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenarnya. Itulah yang kalian hindari (namun kalian tidak akan bisa menghindarinya)(Q.S Qaaf ayat 19)
Dalam hadits yang dinyatakan sanadnya hasan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar, Nabi shollallahu alaihi wasallam berdoa:
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى سَكَرَاتِ الْمَوْتِ
Ya Allah, tolonglah aku dalam menghadapi sakaratul maut
Kedahsyatan dan penderitaan yang dialami seorang yang beriman saat menjelang kematian, bisa jadi akan menghapus dosa-dosanya, atau untuk mengangkat derajatnya. Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolaaniy rahimahullah menyatakan:
أَنَّ شِدَّةَ الْمَوْتِ لَا تَدُلُّ عَلَى نَقْصٍ فِي الْمَرْتَبَةِ بَلْ هِيَ لِلْمُؤْمِنِ إِمَّا زِيَادَةٌ فِي حَسَنَاتِهِ وَإِمَّا تَكْفِيرٌ لِسَيِّئَاتِهِ
Sesungguhnya kedahsyatan dan penderitaan (yang dialami) saat kematian tidaklah menunjukkan kurangnya tingkat kedudukan seseorang. Justru hal itu bagi orang yang beriman bisa jadi sebagai penambah kebaikan-kebaikannya, atau penghapus dosa-dosanya (Fathul Baari syarh Shahih al-Bukhari (11/363))
Kematian tidak akan pernah bisa dihindari oleh manusia. Ke manapun ia pergi, jika telah tiba ajalnya, pasti akan mengenainya. Kematian adalah kepastian, namun yang harus diperjuangkan dan dimintakan pertolongan kepada Allah adalah kita meninggal di atas Islam, di atas Sunnah, dan di atas ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ قَبْلَ مَوْتِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ قَالَ يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ ثُمَّ يَقْبِضُهُ عَلَيْهِ
Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, Allah pergunakan dia untuk beramal. Ada Sahabat yang bertanya: Bagaimanakah Allah mempergunakan dia untuk beramal itu, wahai Rasulullah? Nabi bersabda: Allah memberikan taufiq kepada dia untuk beramal shalih sebelum kematian, kemudian Allah wafatkan dia pada amalan shalih itu (H.R Ahmad)
Semoga Allah Azza Wa Jalla mewafatkan kita di atas tauhid dan sunnah serta berjalan dalam ketaatan kepada Allah.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَات إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَات
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا... اللهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا... اللهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا...
رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ
(Abu Utsman Kharisman)
💡💡📝📝💡💡
WA al I'tishom
Komentar
Posting Komentar