KHOTBAH JUMAT: PELAJARAN PENTING DARI PERISTIWA AL-HUDAIBIYAH
إن الحمد لله، نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله. اللهم صل على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ} [آل عمران:102] .
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً} [النساء:1] .
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً} [الأحزاب:70-71] .
أما بعد: فإن أصدق الحديث كتاب الله، وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وآله وسلم، وشر الأمور محدثاتها، وكل محدثةٍ بدعة، وكل بدعةٍ ضلالة، وكل ضلالةٍ في النار
Jamaah shalat jumat yang semoga Allah rahmati…
Perjanjian al-Hudaibiyah, selain menandakan kemenangan telak kaum muslimin atas kuffar Quroisy juga menyisakan sekian banyak pelajaran berharga. Kebenaran janji Allah terhadap sang kekasih Muhammad ﷺ, sekian banyak hukum terkait permasalahan mengikat perjanjian damai dengan pihak non muslim, dan pelajaran lain yang dijelaskan oleh para ulama di dalam kitab-kitab mereka.
Keimanan dan ketundukan para sahabat terhadap ketentuan Rasulullah ﷺ saat itu benar-benar diuji. Sekian banyak hal yang secara kasat mata benar-benar merugikan kaum muslimin saat itu harus mereka terima sebagai kenyataan yang sangat pahit.
Dimulai dari penolakan delegasi musyrikin Quroisy untuk menuliskan _bismillahirrahamanirrahim¬_ dan hanya mencukupkan agar ditulis _bismikallahumma_. Kemudian berlanjut dengan pengingkaran atas penulisan Muhammad Rasulullah. Bahkan sang penulis saat itu, Ali bin Abi Tholib tak kuasa menghapuskan kata _Rasulullah_ yang terlanjur tertulis saat diperintah oleh Rasulullah ﷺ.
Tak cukup sampai di situ, isi perjanjian yang telah disepakati antara Rasulullah ﷺ dengan musyrikin Quroisy saat itu pun benar-benar dirasa sebagai sebuah kekalahan dan kerendahan bagi islam dan pemeluknya.
Umar bin al-Khotthob radhiyallahu anhu mengisahkan - sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam shahihnya -,
فَأَتَيْتُ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ: أَلَسْتَ نَبِيَّ اللَّهِ حَقًّا؟ قَالَ: بَلَى قُلْتُ: أَلَسْنَا عَلَى الْحَقِّ وَعَدُوُّنَا عَلَى الْبَاطِلِ؟ قَالَ: بَلَى قُلْتُ: فَلِمَ نُعْطِي الدَّنِيَّةَ فِي دِينِنَا إِذًا؟ قَالَ: إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ وَلَسْتُ أَعْصِيهِ وَهُوَ نَاصِرِي قُلْتُ: أَوَلَيْسَ كُنْتَ تُحَدِّثُنَا أَنَّا سَنَأْتِي الْبَيْتَ فَنَطُوفُ بِهِ؟ قَالَ: بَلَى فَأَخْبَرْتُكَ أَنَّا نَأْتِيهِ الْعَامَ؟ قُلْتُ: لَا قَالَ: فَإِنَّكَ آتِيهِ وَمُطَوِّفٌ بِهِ
Aku mendatangi Nabiyullah ﷺ kemudian bertanya: Bukankah anda adalah benar-benar nabi Allah?
Beliau menjawab: tentu
Aku bertanya kembali: Bukankah kita berada di atas kebenaran dan musuh kita di atas kebatilan?
Beliau menjawab: tentu
Aku katakan: lalu mengapa kita berikan kehinaan untuk agama kita jika begitu?
Beliau menjawab: sesungguhnya aku benar-benar utusan Allah dan aku tidak akan bermaksiat kepada-Nya. Sungguh Dialah satu-satunya penolong bagiku
Aku kembali bertanya: bukankah anda telah mengabarkan kepada kami bahwa kita akan mendatangi ka’bah dan bertawaf padanya?
Beliau menjawab: tentu, namun apakah aku mengatakan itu terjadi tahun ini?
Tidak, kataku
Lalu beliau berkata: pasti engkau akan mendatangi ka’bah dan bertawaf padanya
Umar radhiyallahu anhu telah mewakili perasaan 1500 an sahabat yang ikut kala itu. Bukannya Umar lancang dengan pertanyaan-pertanyaannya kepada Rasulullah ﷺ. Namun kecemburuan beragama yang mengalir deras dalam darah beliau membuat dirinya tergerak mendatangi Rasulullah ﷺ.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Umar radhiyallahu anhu juga sempat mendatangi Abu Bakr ash-Shiddiq dan menanyakan pertanyaan serupa kepadanya. Jawaban Abu Bakr ash-Shiddiq pun adalah jawaban yang sama dengan jawaban Rasulullah ﷺ.
Seketika Umar luluh dengan jawaban Nabi dan Abu Bakr tersebut. Kata umar setelahnya:
فَعَمِلْتُ لِذَلِكَ أَعْمَالًا
_Lantas aku berusaha menebus hal itu dengan memperbanyak amal ketaatan_
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
_Al-Inqiyad lil haq_, sikap tunduk pada kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ adalah harga mati bagi Umar dan para sahabat lainnya radhiyallahu anhum saat itu. Bukannya tanpa konsekuwensi, sikap tunduk pada al haq yang tengah mereka teguhi membutuhkan sekian banyak pengorbanan.
Ada banyak air mata yang tertumpah di sana. Para sahabat menyaksikan sendiri ketika Abu Jandal bin Suhail bin Amr harus dikembalikan kepada ayahnya yang musyrik demi menghormati perjanjian yang baru saja diresmikan.
Dengan penuh isak tangis, Abu Jandal yang dikungkung rantai besi harus rela bergabung kembali dengan kaum musyrikin setelah perjuangannya melepaskan diri dari mereka selama ini. Sekian banyak biduk juga akhirnya terpecah untuk memisahkan antara suami-istri yang berlainan keyakinan.
Kekecewaan para sahabat saat itu tergambar jelas saat Nabi ﷺ memerintahkan mereka untuk segera mencukur rambut dan melakukan _nahr_ namun mereka enggan melaksanakannya. Tiga kali Nabi ulangi perintah itu tapi tak ada satu pun yang bangkit. Bagaimana tidak kecewa! Impian bertahun-tahun lamanya yang kini sudah di depan mata harus lenyap dalam sekejap. Ditambah poin-poin perjanjian yang mereka pandang merugikan kaum muslimin saat itu. Meski akhirnya mereka bersegera melaksanakan perintah itu setelah melihat Nabi ﷺ melakukannya sendiri atas saran Ummu Salamah sang istri.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Apakah kaum muslimin saat itu lemah sehingga perlu membuat perjanjian damai dengan kaum musyrikin? Tidak sama sekali! Bahkan pedang-pedang mereka hampir saja tercabut dari sarungnya untuk menyongsong peperangan dengan kaum musyrikin. Namun demi kesempurnaan _tashdiq_ kepada kebenaran wahyu disertai keyakinan akan hikmah agung di baliknya, mereka urung melakukannya dan memilih untuk mengikuti keputusan Rasulullah ﷺ.
Hati mereka semakin yakin saat diturunkan wahyu kepada Rasulullah ﷺ berupa janji kemenangan dalam surah al-Fath,
اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ
_Sesungguhnya Kami telah membukakan untukmu kemenangan yang nyata_ (Q.S al-Fath: 1)
Sehingga peristiwa Hudaibiyah menjadi langkah awal kemenangan besar kaum muslimin atas musyrikin Quroisy di tahun-tahun berikutnya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ مِن كُلِّ ذَنبٍ وَزَلَّةٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
*KHOTBAH KEDUA*
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِىْ اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدىْ وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا، أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ إِقْرَارًا بِهِ وَتَوحِيدًا وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.اللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين. قال الله تعالى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Teladan mengagumkan telah ditunjukkan oleh para sahabat yang turut dalam peristiwa al-Hudaibiyyah saat itu. Betapa kebenaran harus dikedepankan dari apapun. Meski nafsu memberontak dan jiwa menolak.
Sahl bin Hunaif menyatakan:
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّهِمُوا أَنْفُسَكُمْ فَإِنَّا كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْحُدَيْبِيَةِ وَلَوْ نَرَى قِتَالًا لَقَاتَلْنَا
_Wahai sekalian manusia, curigailah diri-diri kalian sendiri! Sungguh kami dahulu bersama Rasulullah ﷺ pada peristiwa al-Hudaibiyah, saat itu jika kami mengikuti keinginan kami untuk berperang maka kami akan berperang_ (H.R al-Bukhari)
Kebenaran yang bersumber dari alQuran dan bimbingan Rasulullah ﷺ haruslah diterima dengan dada yang lapang. Apapun konsekwensinya, seorang muslim hanya berharap balasan terbaik dari setiap perjuangannya mengikuti bimbingan tersebut.
Seorang muslim juga menyingkirkan seluruh pertimbangan dan prasangka yang dinilainya lebih tepat diwujudkan saat dalil telah datang. Sebijak apapun seorang manusia, di hadapan dalil ia tak ubahnya seorang makhluk bodoh yang penuh dengan kelemahan.
قُلْ هَلْ مِنْ شُرَكَاۤىِٕكُمْ مَّنْ يَّهْدِيْٓ اِلَى الْحَقِّۗ قُلِ اللّٰهُ يَهْدِيْ لِلْحَقِّۗ اَفَمَنْ يَّهْدِيْٓ اِلَى الْحَقِّ اَحَقُّ اَنْ يُّتَّبَعَ اَمَّنْ لَّا يَهِدِّيْٓ اِلَّآ اَنْ يُّهْدٰىۚ فَمَا لَكُمْۗ كَيْفَ تَحْكُمُوْنَ وَمَا يَتَّبِعُ اَكْثَرُهُمْ اِلَّا ظَنًّاۗ اِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِيْ مِنَ الْحَقِّ شَيْـًٔاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ ۢبِمَا يَفْعَلُوْنَ
_Katakanlah wahai Muhammad, apakah sekutu-sekutu kalian mampu membimbing kepada kebenaran?! Katakanlah, hanya Allah lah yang mampu membimbing kepada kebenaran. Maka apakah pihak yang membimbing kepada kebenaran itu lebih berhak untuk diikuti ataukah pihak yang justru tidak bisa memberikan petunjuk itu bahkan ialah yang seharusnya diberikan petunjuk?! Mengapa kalian berbuat demikian? Bagaimanakah kalian mengambil keputusan? Tidaklah kebanyakan mereka mengikuti (kebatilan tersebut) kecuali berdasarkan prasangka belaka. Sesungguhnya prasangka itu tidaklah sedikitpun bermanfaat untuk menggapai kebenaran. Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kalian kerjakan_ (Q.S Yunus ayat 35-36)
اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا، وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ. وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً، وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ إِبْرَاهِيْمَ وبَارِكْ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ
وَاٰخِرُ دَعْوانا اَنِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Disampaikan oleh Abu Dzayyal Wavi di masjid al-Fauzan Ma'had Al I'tishom Jumat, 2 Rabiul Awwal 1443 H/ 8 Oktober 2021 M
💡💡📝📝💡💡
WA al I'tishom
Komentar
Posting Komentar